Sabtu, 05 Mei 2012

PO Entrepreunership



Laporan Tugas Pribadi
Entrepreneurship
MJ203I



Dosen Pembimbing:
M. Rachman Mulyandi, MBA

Disusun oleh:
Erni Astuti
(1014465463)


Sekolah Tinggi Manajemen dan Ilmu Komputer
Tangerang 2012


Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Tugas Mandiri Entrepreneurship. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bpk. M. Rachman Mulyandi, MBA selaku dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Tugas ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mandiri sebelum Ujian Akhir Semester (UAS).
Mohon maaf atas kekurangan dan kelebihan dari tugas mandiri yang saya buat ini jika ada kesalahan dalam pembahasan maupun penulisan, karena saya masih dalam tahap belajar. Tugas Mandiri ini saya buat dengan harapan semoga dapat bermanfaat bagi teman-teman lainnya.
                                                                           Tangerang, Mei 2012

                                                                                                       Penulis                                                                                           



Memiliki buku kewirausahaan           

Status              : Tercapai

Keterangan      : Saya sudah mempunyai buku Kewirausahaan.



Absensi di kelas teori lebih dari 85%

Status              : Tercapai

Keterangan      : Alhamdulillah saya tidak pernah telat dan tidak pernah tidak hadir pada absensi online kelas dan praktikum di matakuliah Entrepreneurship.




Membuat artikel ilmiah

Status              : Tercapai

Keterangan      : Saya sudah membuat jurnal.

BASIS DATA RELASIONAL DALAM KREASI ORGANISASI FILE AKUNTANSI
(SUATU BAHASAN ATAS PENDEKATAN PENYAJIAN INFORMASI AKUNTANSI
PERUSAHAAN BERBASIS KOMPUTER)

Sri Rahayu, ST.,MMSI.
Erni Astuti

Abstraksi
            Pendekatan Terpadu Sistem Manajemen DataBase (DBMS) memiliki dampak yang signifikan terhadap cara laporan akuntansi informasi, terutama dalam subjek untuk mengubah data ke dalam komunikasi yang mudah dimengerti. Perangkat lunak audit pada dasarnya  dirancang sesuai dengan cara sistem pemodelan database.
            Tulisan ini mencoba untuk menjelaskan penciptaan database relasional secara teoritis dan setiap aspek lain dari database menggunakannya diri. Tujuan dari aplikasi database telah memberikan kontribusi berbagai item laporan manajemen. Siklus pemrosesan transaksi menyediakan kerangka apa yang harus terpenuhi dalam kebutuhan informasi akuntansi, maka database itu sendiri berorientasi pada siklus pemrosesan transaksi.
            Pendekatan database relasional sebenarnya memiliki ide yang sama dengan kegiatan lain yang mempengaruhi bentuk database itu sendiri. Sistem akuntansi bagaimanapun adalah salah satu bidang kerangka konseptual dalam membangun laporan manajemen dalam satuan moneter. Oleh karena itu, maka akan disarankan untuk akuntan dan analis sistem informasi untuk memberikan perhatian lebih untuk esensi dari database pemodelan akuntansi.
Kata kunci: pemodelan database akuntansi, Manajemen Database Sistem (DBMS), perangkat lunak audit.
Abstract
            The Integrated approach of DataBase Management Systems (DBMS) has significant impact to the way of accounting information report, mainly in the subject to change data into communication which is easily understandable. The audit software is basically designed according to the way of database modelling systems.
            This paper attempts to explain the creation of relational database theoretically and any other aspects of database use it self. The aims of database application have contributed various items to the management report. The transaction processing cycle supplies the framework what has to be fullfilled in the needs of accounting information, therefore database itself is oriented to the transaction processing cycle.
            The Relational database approach actually has the same idea with other activities which affected form of database itself. The accounting systems however is one field of conceptual framework in building the management report in monetary units. Therefore, it will be suggested to the accountant and systems information analysts to pay attention more for the essence of modelling accounting database.
Keywords: modelling accounting database, Database Management Systems (DBMS), audit software.

1.        Pendahuluan
            Basis data adalah tempat kumpulan data. Basis data merupakan sumber informasi yang dapat dipakai bersama. Setiap pemakai membutuhkan pandangan yang berbeda terhadap data yang disimpan di dalam basis data. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, terdapat arsitektur komersial DBMS yang didasarkan pada perluasan arsitektur yang disebut sebagai arsitektur ANSI-SPARC.
Menurut C.J. Date (1990), terdapat tujuh keuntungan dengan menggunakan pendekatan basis data, yaitu
·         Redundansi dapat dikurangkan (redundancy can be reduced).
·         Ketidakkonsistenan dapat dihindari (inconsistency can be avoided (to some extent)).
·         Data dapat dibagikan (the data can be shared).
·         Standar-standar dapat diselenggarakan (standards can be enforced).
·         Pembatasan keamanan dapat diterapkan (security restrictions can be applied).
·         Integritas dapat dipertahankan (integrity can be maintained).
·         Keperluan yang bertentangan dapat diseimbangkan (conflicting requirements can be balanced).
            Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan untuk penyimpanan data dalam sistem yang berdasarkan komputer. Pendekatan pertama adalah menyimpan data dalam file individual yang digunakan khusus untuk aplikasi tertentu, sedangkan pendekatan kedua adalah penyimpanan data dalam sistem berdasarkan komputer meliputi bangunan sebuah basis data.
            Menurut Kendall (2002) tujuan basis data yang efektif dapat dijabarkan sebagai berikut:
a.       Memastikan bahwa data dapat dipakai diantara pemakai untuk berbagai jenis aplikasi.
b.      Memelihara data baik keakuratan maupun konsistensinya.
c.       Memastikan bahwa semua data yang diperlukan untuk aplikasi sekarang dan yang akan datang disajikan dengan cepat.
d.      Memperkenalkan basis data untuk berkembang sesuai dengan kebutuhan pemakai yang berkembang.
e.       Membolehkan pemakai untuk membangun pandangan personalnya tentang data tanpa memperhatikan cara data disimpan secara fisik.
Berdasarkan tujuan pendekatan yang efektif ini, maka diperlukan tatanan organisasi sistem untuk mengatur manajemen sebagai pusat penyedia informasi akuntansi sehingga diperlukan konseptual data yang akan diproses untuk menghasilkan informasi keuangan yang standar.

Arsitektur Pendekatan Basis Data
            Ada tiga jenis pendekatan dalam organisasi basis data yang mengacu pada tinjauan pemakai, yaitu:
1.    Arsitektur Tingkat Konseptual
Dalam pendekatan ini, dikembangkan suatu model data konseptual tertentu yang menguraikan secara rinci model hubungan data antara entitas dan relasinya dalam Entity Relationship Diagram (ERD).
2.    Arsitektur Tingkat Logis
Dalam pendekatan ini, dikembangkan rancangan basis data secara logis yakni hubungan sistematis antara data dengan segmen-segmennya.
3.    Arsitektur Tingkat Fisik
Pendekatan ini mengacu pada bagaimana arsitektur basis data diakses secara langsung meliputi metode tertentu.
Data base Sebagai Bagian dari Sistem Informasi Akuntansi
            Menurut George H. Bodnar dan William S. Hopwood (1995), sistem informasi akuntansi adalah sekumpulan sumber daya yang berupa manusia dan perlengkapan yang dirancang sedemikian rupa untuk menyajikan informasi keuangan dan data lainnya.
            Dari definisinya ini, dapat diuraikan bahwa aspek pengelolaan basis data untuk kepentingan penyusunan informasi merupakan salah satu kegiatan utama yang mendukung terciptanya basis data tersebut.
Desain Kebutuhan Basis Data
            Proses penciptaan basis data mencakup tiga langkah utama, yaitu: menentukan kebutuhan data, menjelaskan data tersebut dan memasukkan data, tersebut ke dalam database.  Selanjutnya dalam proses penentuan kebutuhan data dikenal dua macam pendekatan, yakni: pendekatan berorientasi proses dan pendekatan model perusahaan.
            Dalam pendekatan model data perusahaan, para analis harus mengetahui terlebih dahulu sistem akuntansi yang dijalankan oleh suatu organisasi usaha yang menyangkut deskripsi kegiatan, dokumen dan catatan akuntansi yang dipakai, laporan yang dihasilkan, prosedur sistem dan jaringan prosedur sistem serta unsur pengendalian intern. Pemahaman terhadap sistem akuntansi perusahaan akan berdampak pada bagaimana analis dan programmer sistem memandang jenis dan format data yang akan ditampilkan dalam laporan akuntansi dan data masukan manajemen.
2. Rumusan Persoalan
Penelitian  ini merumuskan persoalan sebagai berikut:
1.    Bagaimana proses relasional basis data bagi kepentingan pemakai sistem informasi yang efektif terhadap laporan yang dihasilkan?
2.    Langkah-langkah apa saja yang perlu diperhatikan untuk memanfaatkan organisasi database yang telah dirancang bagi pengambil keputusan (decision maker)?
3.    Di mana peran basis data relasional dalam menyusun program aplikasi untuk tujuan pemeriksaan (audit)?
3. Metodelogi Penelitian
            Pada penelitian ini menggunakan pendekatan tinjauan pustaka atau riset perpustakaan (library research) yaitu dengan cara mengumpulkan data dari berbagai sumber pustaka baik jurnal, buku, materi kuliah, dan sumber lain yang berhubungan dengan kegiatan dalam mengadakan penelitian pustaka yang digabungkan dengan studi kasus untuk contoh perusahaan yang berkaitan dengan penerapan basis data perusahaan. Dan digunakan juga menggunakan metode analisis, untuk menggambarkan mengenai permasalahan yang ada pada mekanisme permodelan database perusahaan.
4. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah:
a.    Untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar dalam penggunaan basis data relasional terhadap penyajian informasi keuangan perusahaan.
b.    Untuk memperoleh pemahaman bahwa pemanfaatan basis data relasional akan berdampak pada pengambilan informasi yang terstruktur dalam kepentingan bisnis perusahaan.
Alasan pemilihan Topik Bahasan
       Ada beberapa alasan untuk mengambil topik ini adalah:
a.    Basis data relasional secara konseptual merupakan dasar penyusunan model laporan yang akan disajikan dalam informasi akuntansi.
b.    Untuk kepentingan programmer akuntansi dalam menyediakan program berbasis pengendalian interen dimana programmer harus memperhatikan aspek antara hubungan akun dengan dokumen sumber dan dokumen pendukung.
5. Pembahasan
            Pembahasan dalam basis data ini, diuraikan mengenai konsep organisasi basis data, desain kebutuhan database, aplikasi bagi pemakai dan manfaat basis data tersebut bagi para pemakai.
5.1 Proses Basisdata SIA
            Organisasi basis data untuk penyajian informasi akuntansi didasarkan dokumen sumber dan pendukung yang dikelompokkan dalam siklus pengolahan transaksi masing-masing. Pendekatan yang digunakan dalam organisasi database menggunakan prinsip kegiatan siklus pengolahan transaksi antara lain: siklus pendapatan, siklus pengeluaran, siklus produksi dan siklus keuangan.
            Proses penyusunan laporan keuangan merupakan aplikasi dari siklus akuntansi yang berawal dari persiapan dokumen transaksi sampai menjadi neraca lajur dan laporan keuangan. Informasi yang tercantum dalam laporan keuangan merupakan data dari dokumen masukan yang diinput baik secara manual ataupun komputerisasi yang memiliki hubungan sistematis (systematically relation) diantaranya.
5.2 Siklus Pemrosesan Transaksi
            Konsep basis data mengacu pada kegiatan siklus pengolahan transaksi yang umumnya terdiri dari; siklus pendapatan, siklus pengeluaran, produksi dan keuangan. Selanjutnya kegiatan proses dalam siklus ini dapat diuraikan:
1.    Identifikasi jenis transaksi yang dicatat
2.    Arsipkan formulir transaksi dalam suatu arsip file.
3.    Identifikasikan jenis formulir/dokumen yang berkaitan
4.    Tentukan hubungan antara setiap formulir tersebut.
5.    Identifikasikan isi dan bentuk laporan yang akan disajikan dengan tahapan berikut : buat file induk, perbaharui jurnal, perbaharui buku besar dan sajikan laporan keuangan atau laporan manajemen lainnya.
5.3 Model Basis Data Relasional
            Fokus perancangan basis data adalah pada pengembangan sistem organisasi basis data yang berorientasi bagi kebutuhan para pemakai. Oleh karena itu, pendekatan model data ini diarahkan pada tiga tahap perancangan basis data, yaitu desain basis data konseptual, desain basis data logis dan desain basis data fisik.
a. Desain Basis Data Konseptual
           
Desain database konseptual melibatkan penemuan dan analisis terhadap kebutuhan data organisasi. Perangkat utama yang digunakan dalam pembuatan sebuah model data adalah diagram relasi entitas.
            Tingkat asosiasi antara dua entitas ditampilkan yakni jumlah record dalam satu file yang dihubungkan dengan satu record tunggal di file lain.
b. Desain Basis Data Logis
           
Desain basis data ini merupakan pengembangan dari sudut pandang secara konseptual pemakai ke dalam tabel-tabel. Tabel-tabel ini pada akhirnya akan digunakan untuk mendeskripsikan basis data secara fisik bagi para pemakai akhir untuk pengambilan keputusan. Tinjauan secara sistematis sebagai berikut:
v Menciptakan tabel yang tidak dinormalisasikan pada formulir
            Pada tahap ini, formulir masih berupa form masukan yang masih sederhana sehingga perlu diatur lebih rapi. Pengumpulan dokumen ini dilakukan secara berkelompok. Penting bagi analis sistem untuk melakukan studi kelayakan terhadap kebutuhan data yang akan dijadikan dokumen sumber dan pendukung sehingga proses akuntansi yang menghasilkan laporan keuangan dalam hal ini akan tersusun dengan baik.
v Menentukan Relasi Antara Tabel-tabel
            Spesifikasi relasi antar tabel perlu dilakukan atas dasar tiga jenis asosiasi data, yaitu : satu dengan-satu (1:1), satu-dengan-banyak (1:M) dan banyak-dengan-banyak (M:M). Kecermatan dalam pentabelan ini juga memperhatikan bukti-bukti audit secara fisik untuk informasi laporan keuangan dalam siklus audit dengan melakukan penelusuran atas hubungan antara setiap dokumen bagi pemrosesan berdasarkan sistem komputeriasi.
v Membuat Identifikasi Data
            Identifikasi data merupakan kekayaan sebuah formulir yang berisi tentang material data yang akan ditampilkan dan diproses dalam sebuah formulir transaksi. Nama lain dari identifikasi data adalah kamus data (data dictionary) yang berisi atribut-atribut formulir.
v Membuat Relasi Antar Tabel
            Sebelum menentukan hubungan relasi antar tabel yang merupakan hubungan item kunci antar formulir, maka terlebih dahulu menentukan kunci utama dari sebuah formulir. Kunci utama (primary key) ini merupakan atribut data yang  mewakili sebuah formulir dan menghubungkannya dengan form lain untuk keperluan pemrosesan.
v Penempatan kunci-kunci asing dalam tabel
            Setelah terbentuknya asosiasi antar tabel, maka tugas selanjutnya adalah menghubungkan nilai setiap kunci dalam setiap database relasional yang bersangkutan. Penempatan kunci-kunci asing dalam tabel akan membantu pada desain hubungan antara setiap masukan untuk menghasilkan laporan yang komplet.
a.    Kunci-kunci dalam asosiasi 1:1
     Kunci ini digunakan, jika terdapat asosiasi 1:1 diantara tabel-tabel, terdapat fleksibilitas kunci primer yang dapat menjadi kunci asing dalam tabel yang saling berkaitan tersebut.
b.    Kunci-kunci dalam asosiasi 1:M
     Kunci ini akan dirancang, jika terdapat asosiasi M, kunci primer untuk sisi 1 ditanamkan dalam tabel di sisi M.
c.    Kunci-kunci dalam asosiasi M : M
Untuk menyajikan asosiasi M : M diantara database.
v Membuat Normalisasi Tabel
            Normaliasi merupakan bentuk transformasi tinjauan pemakai yang kompleks dimana data tersimpan ke dalam sekumpulan bagian struktur data yang kecil dan stabil. Normalisasi merupakan kegiatan perlakuan data untuk menyederhanakan sebuah tabel data agar lebih terstruktur dan mudah digunakan.
Suatu tahapan dalam normalisasi umumnya meliputi tiga langkah utama, yaitu:
a.    Penghilangan bentuk perulangan (redundancy)
Tahap pertama dari proses normalisasi adalah menghilangkan semua kelompok terulang dan mengidentifikasikan kunci utamanya.
b.    Mengubah ketergantungan parsial
Dalam tahap ini, atribut-atribut data yang bukan merupakan kunci utama (primary key) sedikit demi sedikit diubah bentuknya dan diletakkan dalam hubungan lain.
c.    Mengubah ketergantungan transitif
Tahap ini merupakan tahap terakhir, dimana semua atribut bukan kunci akan tergantung pada atribut bukan kunci lainnya.

5.4 Langkah-langkah Pemanfaatan Basis Data Relasional
            Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan kembali database yang telah dirancang. Langkah-langkah ini antara lain:
a.    Memilih sebuah relasi dari basis data: Langkah ini dilakukan dengan cara menjaga directory/tujuan pemakai sebagai memori bantuan
b.    Menggabungkan dua relasi secara bersamaan: Gabungan operasi ini dimaksudkan untuk mengambil dua relasi dan menempatkannya secara bersamaan untuk membuat relasi yang lebih besar
c.    Membangun kolom dari relasi: Kegiatan ini dilakukan dengan membangun relasi yang lebih kecil dengan hanya memilih atribut yang relevan dari relasi yang ada.
d.   Memilih baris dari relasi: Pemilihan baris akan membuat sebuah hubungan baru (yang lebih kecil) dengan mengekstrasi record yang berisi sebuah atribut yang bertemu syarat tertentu.
e.    Membagi atribut yang baru: Langkah ini meliputi manipulasi data yang ada ditambah beberapa parameter tambahan (jika diperlukan) untuk memperoleh data baru. Kemudian, kolom baru dibuat untuk hasil relasi.
f.     Memberi indeks atau mengurutkan baris: Pengindeksan merupakan susunan baris secara logika dalam sebuah relasi menurut beberapa kunci, sedangkan pengurutan merupakan penyusunan sebuah relasi secara fisik.
g.    Menghitung total untuk menampilkan hitungan: Jika sub kelompok data yang tepat telah ditentukan dan baris relasi telah disusun maka total dan hasil hitungan dapat dilakukan.
h.    Menampilkan data: Langkah terakhir dalam mendapatkan kembali data adalah presentasi yang ditampilkan dalam bentuk tabel, grafik, gambar dan sebagainya.
6.    Kepentingan Auditor terhadap Basis Data Relasional
            Pemeriksaan akuntansi dalam ruang lingkup pengolahan data elektronik didasarkan penanganan formulir atau dokumen dan laporan keuangan untuk menentukan tingkat kewajaran dimana prosesnya semi atau komputerisasi penuh.
            Teknik audit dengan komputer dimana perangkat lunak (software) mendasarkan pada proses transaksi dalam siklus akuntansi, akan terlihat bahwa terdapat hubungan yang seimbang diantara setiap penyimpanan data dengan entitas pengelolanya sehingga kita dapat mengamati adanya keluaran sebagai hasil dari proses pencatatan tersebut.
            Pengaruh basis data relasional terhadap model pemrograman yang diterapakan adalah:
a. Adanya proses yang logis dalam siklus akuntansi khsusus pada akses data dan laporan, sehingga audit yang digunakan dapat ditelusuri karena proses audit berkebalikan dengan proses akuntansi.
b. Hubungan relasi antar tabel melalui kunci-kunci utama/primary keys, mencerminkan alur darimana laporan atau informasi akuntansi tercapai sehingga dengan pemahaman ini, analis dapat merancang dan menelusuri jejak dokumen transaksi sebagai bukti audit ke dalam posting pembukuan masing-masing.
          Disinilah, kita memperoleh pemahaman bahwa software audit adalah berorientasi pada siklus audit yang dapat ditelusuri memiliki perbedaan dengan siklus akuntansi, sehingga model database relasional memberikan tampilan data dan atribut yang sesuai dengan entitasnya menurut prosedur dalam sistem akuntansi tertentu.
7. Simpulan
            Sebagai bagian akhir dari penulisan ini, dapat diuraikan:
a.    Suatu pendekatan teoretis bahwa permodelan data relasional dapat menjamin suatu ketepatan pemakai terhadap kebutuhan pelaporan.
b.    Memanfaatkan basis data sebagai bagian dari proses penyajian informasi yang lebih terstruktur merupakan suatu bukti dari perkembangan orientasi jenis data bagi kebutuhan pemakai.
c.    Penting untuk diketahui oleh analis dan programmer sistem bahwa desain laporan tidak akan tampil dalam bentuk yang langsung dapat diakses tanpa adanya hubungan relasional yang sistematis dari masing-masing tabel dalam sebuah formulir.
d.   Untuk merancang program audit dengan komputer, diperlukan pendekatan basis data yang berbasis hubungan antar tabel untuk melihat proses akuntansi berjalan dengan logis yang mencerminkan informasi berasal dari berbagai jenis formulir.

Daftar Pustaka

[1] Abdul Kadir. Konsep dan Tuntunan PraktisBasis Data. Penerbit ANDI, Yogyakarta. 1998.
[2] Geoge H. Bodnar and William S. Hopwood. Accounting Information Systems. Prentice Hall-International Edition, New Jersey. 1995.
[3] Horngren, Harrison, Robinson dan Secokusumo. Akuntansi di Indonesia. Buku Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. 1997.
[4] James A. Hall. Accounting Information Systems. Prentice Hall-International Edition, New Jersey.1998.
[5] Jogiyanto, H.M. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Pendekatan Terstruktur: Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis, Penerbit ANDI, Yogyakarta. 1989.
[6] Kendall dan Kendall. Analisis dan Perancangan Sistem (Systems Analysis and Design). Versi Bahasa Indonesia. PT. Indeks, Kelompok GRAMEDIA, Jakarta. 2003.
[7] Nugroho Widjayanto. Sistem Informasi Akuntansi. Penerbit LP-FEUI, Jakarta. 1988.
[8] Raymond McLeod, Jr. Sistem Informasi Manajemen. Versi Bahasa Indonesia. Edisi Ketujuh. Jilid 1. PT. Prenhallindo, Jakarta.2001
[9] Idris Asmuni dan Rangga Firdaus. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI),Yogyakarta. 2005

Pengabdian kepada masyarakat

Status              : Tercapai

Keterangan     : Saya sudah mengikuti berbagai macam pelatihan yang diadakan oleh REC di Perguruan Tinggi Raharja.


Memiliki website dan semua tugas pribadi dimasukkan ke dalam website

 Status              : Tercapai

Keterangan      : Saya sudah memasukkan semua tugas pribadi di blog nie-archie.blogspot.com


PENUTUP
     Pada dasarnya laporan ini dibuat sebagai pelengkap dan suatu syarat untuk dapat melaksanakan tugas mandiri, setelah penulis merasakan dalam pembuatan tugas mandiri ini, penulis dapat menarik atau memberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut:
KESIMPULAN                 
Memahami permasalahan yang belum pernah dihadapi, berbagai macam problem penulis temukan dalam pembuatan laporan ini, banyak materi yang tidak diajarkan di kelas, namun dituntut untuk bisa dan memahami dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ini sangat berguna karena di lingkungan masyarakat kita dituntut untuk bisa melakukan hal-hal yang berbau SI atau IT tidak penting kita bisa ataupun tidak.
SARAN
          Kegiatan tugas mandiri ini harus tetap dipertahankan karena sangat bermanfaat bagi mahasiswa/i. Akhirnya, penulis berharap semoga tugas mandiri ini dapat memenuhi kriteria dalam penilaian dan juga dapat bermanfaat bagi mahasiswa/i lainnya.













Senin, 30 April 2012

Artikel Data Manipulation Language

Artikel Data Manipulation Language

DML merupakan bahasa yang digunakan  untuk manipulasi data: retrieval, insertion, deletion, dan modification.
DBMS yang baru biasanya menggunakan integrated language (untuk external, conceptual, dan data manipulation).
Hanya SDL yang terpisah yang biasanya digunakan oleh DBA.
1. Data Definition Language
Perintah-perintah yang termasuk dalam data definition language adalah :
a) Create: Merupakan perintah yang digunakan untuk membuat database ataupun  tabel.
b) Alter: Merupakan perintah yang digunakan untuk  mengubah atau mengedit tabel.  Namun tidak semua kasus bisa dilakukan dengan perintah alter.
c) Drop: Merupakan perintah yang digunakan untuk menghapus tabel, procedure atau trigger dan  lainnya yang merupakan objek dari database.
2. Data Manipulation Language
DML adalah perintah-perintah yang digunakan untuk mengubah, manipulasi dan mengambil data pada basis data.Tindakan seperti menghapus, mengubah, dan mengambil data menjadi bagian dari DML. DML pada dasarnya dibagi menjadi dua :
- Prosedural, yang menuntut pengguna menentukan data apa saja yang diperlukan dan bagaimana cara mendapatkannya.
- Nonprosedural, yang menuntut pengguna menentukan data apasaja yang diperlukan, tetapi tidak  perlu menyebutkan cara mendapatkannya.
Perintah-perintah yang termasuk dalam data manipulation language adalah :
a) Insert: Merupakan perintah yang dilakukan untuk melakukan penyisipan.  Umunya penyisipan dilakukan langsung ke base table yaitu tabel utama,tabel dasar atau fisik. Ada dua jenis penyisipan yaitu : 
1. Menambah anggota relasi langsung lewat base tables
2.Menambah suatu relasi melalui suatu views sehingga mungkin menghasilkan penambahan lebih dari satu baris pada base tables
b) Update: Merupakan perintah yang digunakan untukmengubah data yang memenuhikondisitertentu yang dideskripsikandengan  where.Adaduajenis update yaitu :
1. Memodifikasianggotalangsungdari base tables.
2. Memodifikasianggotarelasimelaluisuatu views.

c) Delete: Merupakanperintah yang digunakan untuk menghapus data yang memenuhi kondisi tertentu yang dideskripsikan dengan:
1. Menghapus anggota langsung dari base tables.
2. Menghapus anggota relasi melalui suatu views.
d) Select: Merupakan perintah yang digunakan untuk melakukan operasi seleksi yang dinyatakan dalam bentuk suatu query dalam bahasa tertentu dengan operasi model data relasional.
e) Views: Merupakan perintah yang digunakan untuk memudahkan proses untuk dapat membuat tabel virtual ataumaya yang dapat merupakan kombinasi berbagai base tables yang dihubungkan dengan kesamaan kondisi tertentu.View adalah tabel semu yang berarti secara fisik data tidak tersimpan dalam basis data,tetapi secara lojik dapat berfungsi seolah-olah tabel.Pada dasarnya tabel virtual adalah :
1. Merupakan hasil proses seleksi yang mewakili kacamata user tertentu.
2. Dapat digunakan untuk melakukan retrieval,insert,delete dan update
3.Data Control Language
Perintah-perintah yang termasukdalam data control language adalah :
a) Commit: Merupakan perintah yang digunakan untuk memindahkan transaksi dari memory pemrosesan ke database atau menyimpan secara permanen perubahan-perubahan kedalam database.
b) Rollback: Merupakan perintah yang digunakan untuk membatalkan transaksi yang belum di commit atau membatalkan perubahan-perubahan terakhir dari perintah commit/rollback terakhir.
c) Grant: Merupakan perintah yang digunakan untuk member hak akses bagi seorang user terhadap suatu tabel atau view.
d) Revoke: Merupakan perintah yang digunakan untuk menghapus hak akses bagi seorang user terhadap suatu tabel atau view.

Senin, 09 April 2012

Artikel Entrepreneur


Sukses seorang entrepreneur Purdi E Chandra Primagama
Purdi E Chandra lahir di Lampung 9 September 1959. Secara “tak resmi” Purdi sudah mulai berbisnis sejak ia masih duduk di bangku SMP di Lampung, yakni ketika dirinya beternak ayam dan bebek, dan kemudian menjual telurnya di pasar.
Bisnis “resminya” sendiri dimulai pada 10 Maret 1982, yakni ketika ia bersama teman-temannya mendirikan Lembaga Bimbingan Test Primagama (kemudian menjadi bimbingan belajar). Waktu mendirikan bisnisnya tersebut Purdi masih tercatat sebagai mahasiswa di 4 fakultas dari 2 Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta. Namun karena merasa “tidak mendapat apa-apa” ia nekad meninggalkan dunia pendidikan untuk menggeluti dunia bisnis.
Dengan “jatuh bangun” Purdi menjalankan Primagama. Dari semula hanya 1 outlet dengan hanya 2 murid, Primagama sedikit demi sedikit berkembang. Kini murid Primagama sudah menjadi lebih dari 100 ribu orang per-tahun, dengan ratusan outlet di ratusan kota di Indonesia. Karena perkembangan itu Primagama ahirnya dikukuhkan sebagai Bimbingan Belajar Terbesar di Indonesia oleh MURI (Museum Rekor Indonesia). Mengenai bisnisnya, Purdi mengaku banyak belajar dari ibunya.

Sementara untuk masalah kepemimpinan dan organisasi, sang ayahlah yang lebih banyak memberi bimbingan dan arahan. Bekal dari kedua orang tua Purdi tersebut semakin lengkap dengan dukungan penuh sang Istri Triningsih Kusuma Astuti dan kedua putranya Fesha maupun Zidan. Pada awal-awal berdirinya Primagama, Purdi selalu ditemani sang istri untuk berkeliling kota di seluruh Indonesia membuka cabang-cabang Primagama. Dan atas bantuan istrinya pula usaha tersebut makin berkembang.
Kini Primagama sudah menjadi Holding Company yang membawahi lebih dari 20 anak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang seperti: Pendidikan Formal, Pendidikan Non-Formal, Telekomunikasi, Biro Perjalanan, Rumah Makan, Supermarket, Asuransi, Meubelair, Lapangan Golf dan lain sebagainya.
Walaupun kesibukannya sebagai entrepreneur sangat tinggi, namun jiwa organisatoris Purdi tetap disalurkan di berbagai organisasi. Tercatat Purdi pernah menjabat sebagai Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) cabang Yogyakarta dan pengurus Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) DIY. Selain itu Purdi pernah juga tercatat sebagai anggota MPR RI Utusan Daerah DIY. (sumber : www.purdiechandra.com)
Wawancara dengan Majalah BERWIRAUSAHA 22-09-2000
Untuk jadi seorang entrepreneur sejati, tidak perlu IP tinggi, ijazah, apalagi modal uang. “Saat yang tepat itu justru saat kita tidak punya apa-apa. Pakai ilmu street smart saja,” ungkap Purdi E Chandra, Dirut Yayasan Primagama.

Menurutnya, kemampuan otak kanan yang kreatif dan inovatif saja sudah memadai. Banyak orang ragu berbisnis cuma gara-gara terlalu pintar. Sebaliknya, orang yang oleh guru-guru formal dianggap bodoh karena nilainya jelek, justru melejit jadi wirausahawan sukses.
“Masalahnya jika orang terlalu tahu risikonya, terlalu banyak berhitung, dia malah tidak akan berani buka usaha,” tambah ‘konglomerat bimbingan tes’ itu. Purdi yang lahir di Lampung 9 September 1959 memang jadi model wirausaha jalanan, plus modal nekad. la tinggalkan kuliahnya di empat fakultas di UGM dan IKIP Yogyakarta. Lalu dengan modal Rp.300 ribu ia dirikan lembaga bimbingan tes Primagama 10 Maret 1982 di Yogyakarta. Sebuah peluang bisnis potensial yang kala itu tidak banyak dilirik orang. la sukses membuat Primagama beromset hampir 70 milyar per tahun, dengan 200 outlet di lebih dari 106 kota. la dirikan IMKI, Restoran Sari Reja, Promarket, AMIKOM, Entrepreneur University, dan terakhir Sekolah Tinggi Psikologi di Yogyakarta.
Grup Primagama pun merambah bidang radio,penerbitan, jasa wisata, ritel, dll. Semua diawalkan dari keberanian mengambil risiko. Kini Purdi lebih banyak lagi ‘berdakwah’ tentang entrepreneurship. Bagi Purdi, entrepreneur sukses pastilah bisa menciptakan banyak lapangan kerja. Namun, itu saja tidak cukup berarti bagi bangsa ini. “Saya memimpikan bisa melahirkan banyak lagi pengusaha-pengusaha. Dengan demikian, makin banyak pula lapangan kerja diciptakan. Itulah Mega Entrepreneur,” ungkap Purdi kepada Edy Zaqeus dan David S. Simatupang dari Majalah BERWIRAUSAHA.
Berikut petikan wawancara yang berlangsung di kantor cabang Primagama Jakarta.
Bagaimana semangat wirausaha masyarakat kita?
Mungkin begini. Salahnya pendidikan kita itu, kebanyakan orang lulus sarjana baru cari kerja. Jadi pengusaha itu mungkin malah orang-orang yang kepepet. Yang tidak diterima di mana-mana, baru dia sadar dan bikin usaha sendiri. Mestinya, kesadaran seperti ini bisa untuk orang-orang yang tidak kepepet. Alasannya, kalau mau usaha harus ada modal, punya ketrampilan. Padahal tidak harus begitu. Saat yang tepat itu justru saat kita tidak punya apa-apa. Ibaratnya kalau kita punya ijazah pun, tidak usah dipikirin. Saya dulu tak tergantung dengan selembar kertas itu. Sekarang mau dijaminkan di bank juga tidak bisa. Hanya buat senang-senang saja kalau sudah sarjana.
Memang saya lihat pendidikan kita itu dari otak kiri saja. Padahal kalau kita garap yang kanan, porsinya banyak, maka otomatis otak kirinya naik. Tapi kalau kita banyakin kiri, kanan ndak ikut naik. Kanan itu adalah praktek. Saya bilang street smart. Cerdas di lapangan, di jalanan. Orang yang akademik, sekolahnya pintar, IP atau nilai tinggi, dia tidak berani menentang teori. Jadi robotlah. Kalau di situ jadi topeng monyet. Dia tidak berani membuat kreasi sendiri. Padahal hidup dia itu bukan di masa lalu. Hidup dia itu kan di masa datang, dan itu serba berubah cepat. Tidak ada yang sama dengan teori yang dia pelajari. Teori itu kan hasil temuan. Kenapa kita tidak bisa menemukan sendiri? Saya punya contoh, manajemen di Primagama, yang tidak ada di teori. Kalau pun ada di teori pasti disalah-salahkan.
Apa itu?
Di Primagama, suami-istri bekerja dalam satu kantor itu malah kita anjurkan. Di lain tempat dan di teori itu ndak boleh! Tapi saya praktekkan, ternyata jalan, bagus. Saya melihat, mereka masing-masing bisa saling mengontrol. Maka, menantang teori itu yang utama. Saya malah bisa menaikkan omset Primagama 60%.
Contohnya lagi, iklan Primagama yang pakai aktor Rano Karno. Menurut orang kampus, dan pernah dibahas di sana, itu ndak bener! Menurut teori ndak benar. Tapi nyatanya, bagus hasilnya? Saya dulu pernah pakai Sarlito (pakar psikologi dan pendidikan:rec), malah ndak ada hasilnya, walau dia doktor atau apa. Jadi street smart itu…
Apa artinya street smart?
Cerdas di jalanan. Ada academic smart atau school smart. Tapi street smart itu cerdas dengan praktek. Jadi begini, kalau kita punya pengetahuan dengan benar, pengetahuan itu kan akademik. Kita tidak strong, gugur! Kita tidak akan bisa. Kita tidak akan bisa benar. Waktu SD itu ada bacaan-bacaan begini; “Ibu pergi ke pasar membeli sayur.” Kok tidak yang menjual sayur saja?
Kok kata-katanya selalu membeli, bukan menjual? Teryata setelah saya urut-urut, yang nulis itu guru. Coba kalau isinya diubah menjadi menjual, itu akan lain.
Kenapa tertarik menonjolkan sisi menjualnya?
Kalau saya bertransaksi, itu nilai tambah. Dalam transaksi, duit paling banyak itu kan pengusahanya? Dan paling banyak milik pengusaha. Coba kalau misalnya yang satu membeli saja. Akan terbatas transaksinya. Sehingga kalau memang harus banyak pengusahanya, ya untuk menjual.
Setuju dengan pemikiran Kiyosaki “If you want to be rich and happy, don’t go to school” ?
Kalau saya if you want to be rich and happy, ya…. Kalau ingin kaya, ngapain sekolah? Kalau di sekolah tidak akan happy dan kaya. Pendidikan kita tidak bikin happy, malah bikin stres anak. Porsi mainnya kurang. Sejak Taman Kanak-kanak sudah dipaksa main otak kiri. Mungkin itu karena dari mentrinya sampai orang-orang tuanya itu otak kiri semua, kan? Dikatakan figur yang bagus itu yang profesor, yang doktor. Padahal kalau kita pilah, yang pintar sekolah memang jadi dosen, jadi dokter. Yang sedang-sedang saja jadi manajer. Tapi yang bodo-bodo sekolahnya malah jadi pengusaha.
Penelitian di Harvard begitu. Penyikapan guru terhadap anak yang bodo kok divonis tidak punya masa depan? Mungkin dia berani, kreatif, bisa menemukan apa yang tidak ditemukan oleh anak-anak pintar.
Nah, pendidikan kita itu semua mau dijadikan ilmuwan. Seolah ngejar otak kiri saja, ngejar school smart saja.
Apa yang harus dilakukan untuk membongkar sistem seperti itu?
Memang berat karena dari dulu juga begitu. Maka harus lewat luar, kegiatan-kegiatan ekstra. Maka saya usulkan pendidikan kita dibuat dua sistem; sistem ijazah dan sistem tanpa ijazah. Kalau sekolah tanpa ijazah, orang akan cenderung cari ketrampilan dari praktek yang kelihatan. Yang pakai ijazah untuk yang mau jadi dosen, jadi dokter, jadi ilmuwan.
Kalau pelajaran kimia yang pakai ijazah, ya ilmuwan itulah. Kalau kimia yang tidak pakai ijazah, pilihannya ya bikin deterjen, bikin sirup, bikin apa saja yang ada manfaatnya. Kalau semua harus belajar kimia, padahal kita tidak tertarik, berarti dipaksa dan tidak happy jadi nya.Kalau di tataran konseptual, apa yang mesti dilakukan?
Saya kira Dikbud itu merasa bahwa yang menentukan masa depan Indonesia itu dia. Bikin kurikulum, walaupun sumbernya dari masyarakat, tapi sering terlambat. Kurikulum tahun lalu baru dipakai sekarang. Lebih cepat di luar, kan? Maka kalau saya, pendidikan itu tidak usah diatur. Perguruan Tinggi siapa pun boleh bikin. Dan itu masyarakat yang menilai. Hukum pasar! Titel MBA atau apa dilarang, kenapa? Alamiah aja. Nanti kalau kebanjiran itu orang ndak mau pakai, kan ndak masalah? Kalau banyak manajer belajar ilmu untuk mendapatkan MBA, itu kan bagus? Dalam pendidikan itu sebenarnya mereka dagang.
Kalau model-model pendidikan itu masyarakat yang mengembangkan, mungkin baru bagus. Karena pas dengan zaman itu. Misalnya Mc Donald mau bikin Universitas Mc Donald, kenapa tidak?
Bagaimana dengan Entrepreneur University yang Anda dirikan?
Sebagai entrepreneur, saya punya visi Mega Entrepreneur. Artinya bagaimana seorang pengusaha bisa menciptakan pengusaha lainnya. Kalau pengusaha bisa menciptakan lapangan kerja, itu sudah biasa. Yang saya kejar adalah bagaimana saya bisa menciptakan banyak pengusaha. Dulu visi saya memang menciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya. Kalau seperti itu kan lama. Mungkin hanya ribuan lapangan kerja. Tapi kalau bisa menciptakan banyak pengusaha, lapangan kerja yang tercipta lebih banyak lagi. Karyawan saya pun saya usahakan bisa jadi pengusaha. Kayak manajer-manajer saya, semua sudah punya usaha di luar. Saya ditentang oleh Renald Kasali. Katanya menurut teori itu tidak bisa. ‘Orang kerja kok diajak merangkap jadi pengusaha, itu ndak bisa!’. Saya praktekkan ternyata bisa. Manajer saya punya perusahaan mebel.
Menurut Kiyosaki, di sini dia sebagai employee, di luar dia sebagai business owner karena yang mengelola orang lain. Ada manajer saya yang buka bengkel motor. Sopir saya punya kenteng mobil. Sopir saya yang lain punya bisnis jual bell handphone.
Karyawan-karyawan itu mau jadi manajer semua ? ndak mungkin kan…
Harapan paling besar saya, ya mereka jadi pengusaha.
Sejak kapan Entrepreneur University berjalan?
Entrepreneur University (EU) berjalan baru setahun. Sebelumnya kita sudah sering adakan pelatihan di mana-mana. Tapi cuma beberapa hari, lalu selesai tidak ada follow up. Sekarang lebih jelas, kita ada follow up. Misalnya kita adakan tiga bulan, setelah itu ada klub entrepreneur. Yang itu bisa dilakukan lewat internet, pertemuan-pertemuan, dan juga konsultasi seperti tadi. Di EU diutamakan yang indeks prestasinya (IP) rendah. Memang pernah ada yang protes, orang mau masuk tapi IP-nya tinggi, dia jadi minder. Tapi memang saya lebih mudah mengajar orang yang tidak pintar. Kalau otak kiri sudah kuat, susah berubahnya.
Misalnya dia kuliah di akuntansi, yang feasible tidak feasible, udah, ndak berani-berani dia. Usaha itu bukan perhitungan sebelumnya. Hitungan yang terjadi, itulah usaha. Banyak yang terjadi kita tidak tahu dan tidak kita pikirkan sebelumnya. Saya di Primagama dulu kalau dipikir tidak rasional. Modal saya cuma Rp.300 ribu saja. Sekarang asetnya sudah hampir Rp.100 milyar, kan?
Rasionalnya di mana?
Tadi seorang direksi bank yang ingin membuat usaha. Seperti dia, dihitung-hitung terus, selalu tidak positif. Akhirnya tidak berani buka usaha. Saya bilang, “Jangan dihitung terus!” Usaha itu dibuka, baru dihitung. Ini street smart. Kalau dihitung baru dibuka, ndak akan buka-buka usaha. Makanya, yang membuat orang takut itu bukan sisi gelap, tapi justru sisi terang. Karena terang itu tahu hitung-hitungannya, tahu risikonya gedhe, jadi takut. Kalau gelap, tidak tahu apa-apa, usaha itu tidak takut. Dihitung atau tidak dihitung itu sama saja kok.
Padahal entrepreneur harus berani ambil risiko…
Itulah, ambil risiko itu berarti harus gelap. Maksudnya jangan terlalu banyak tahu. Setelah jalan, kita pakai ilmu street smart tadi. Street smart itu yang melahirkan kecerdasan entrepreneur yang dibutuhkan untuk pemula usaha. Isi kecerdasan entrepreneur itu ya kecerdasan emosional, spiritual, dan basisnya di otak kanan.
Bagaimana cara Anda merealisasikan gagasan Mega Entrepreneur?
EU ini saya yang buka dan pelatihannya saya yang mengajar sendiri. Saya bukan cari untunglah, tapi semacam aktulisasilah buat saya. Karena saya ingin jadi Mega Entrepreneur tadi. Sehingga saya bela-belain, ndak harus untung. Kalau nombokpun saya mau untuk memberikan dakwah tentang entrepreneurship ini. Itu yang saya lakukan, dan sudah dua angkatan EU di lima kota. Perkembangan pesertanya cukup positif. Yang sama sekali tidak berani berusaha, kini jadi berani.
Bagaimana tren kewirausahaan ke depan?
Saya kira itu suatu keharusan. Kalau negara ini mau maju, harus banyak pengusahanya. Kita belum ada kementrian yang khusus mengurusi wirausaha. Di Indonesia banyak bisnis yang bisa dikembangkan menjadi franchise dan tidak harus yang mahal. Di Malaysia sudah ada kementriannya, dan mentrinya mendorong mereka yang mau usaha franchise dsb.
Bagaimana entrepreneur yang ideal itu?
Ukuran ideal saya adalah dari banyaknya lapangan kerja yang diciptakan. Pengusaha yang bisa melahirkan pengusaha-pengusaha baru. Bisnisnya kalau bisa yang baik-baiklah. Saya suka mengurusi bisnis yang langsung ke pasar. Yang menilai dan menentukan bisnis saya ya pasar. Saya ndak model dengan bisnis lobi-lobi yang harus berhubungan dengan pemerintah.Pernah mengalami pencerahan selama menjadi entrepreneur?
Saya mengembangkan sisi spiritual melalui dzikir atau meditasi. Bisnis itu, kalau bisa ya melibatkan yang “di atas”. Tidak bisa berjalan dengan diri kita sendiri. Maka saya kembangkan kecerdasan spiritual. Kalau menggunakan intuisi saja, hanya bisa menunjukkan sesuatu tujuan itu seperti apa…. Tapi kalau dzikir, melibatkan Tuhan, kuncinya justru membuat tujuan itu terjadi. Misalnya diramal orang kita tidak hoki. Dengan dzikir itu bisa jadi hoki. Yang tidak baik jadi baik. Arah negatif bisa jadi positif. Maka, menantang teori itu yang utama! Makanya, yang membuat orang takut itu bukan sisi gelap, tapi justru sisi terang.
Bangkit
Wujudkanlah mimpi anda, kembangkanlah “penglihatan pemikiran” yang selama ini terpendam, berikanlah arti pada hidup yang anda cintai ini. Semuanya berawal dari sebuah impian. Dunia dengan segala isinya diciptakan Tuhan dari “impian-Nya”.
Kisah-kisah keberhasilan para tokoh yang berhasil mengubah dunia, bermula dari mimpi, seperti apa yang dilakukan Galiileo, Thomas Alva Edison, Einstein, dan lain-lain. Bangunan-bangunan besar seperti candi dan piramid juga dimulai dari impian. Bahkan, majalah ini hingga akhirnya sampai ke tangan pembaca, juga diawali dari impian. Bila demikian, tampaknya segala sesuatu sangatlah mungkin untuk diwujudkan. Masalahnya adalah kebanyakan orang telah membuang jauh-jauh mimpi mereka ke tempat sampah, atau merasa bahwa mimpi mereka merupakan hal yang mustahil. Padahal, hampir semua mimpi bisa diwujudkan dengan sedikit kecerdikan, sedikit keberanian serta dukungan emosional.
Sebagai ilustrasi, pertengahan tahun 70-an Bill Gates bermimpi bahwa komputer akan tersedia di setiap rumah pada suatu masa nanti; Akio Morita bermimpi is bisa mendengarkan musik favoritnya sambil main tenis, tanpa harus mengganggu tetangga kiri-kanan; atau Sosrodjoyo yang bermimpi nantinya orang-orang akan memilih teh botol bikinan pabrik daripada repot-repot menyeduhnya di rumah.
Tetapi perlu kiranya dibedakan antara “mendambakan” dan “memimpikan”. Mendambakan bersifat pasif dan menunggu, hanya merupakan selingan iseng tanpa otak, tanpa upaya untuk mewujudkannya. Sedang memimpikan bersifat aktif dan berani mengambil inisiatif. la didukung oleh rencana dan tindakan untuk membuahkan hasil.
Tokoh-tokoh yang disebut di atas adalah contoh perbuatan memimpikan. Mereka tidak sekadar beranganangan, melainkan berupaya keras mewujudkan impiannya. Microsoft, Sony, dan Teh Sosro adalah hasil nyata dari mimpi-mimpi mereka.
Singkatnya, penglihatan pikiran membuka pintu untuk mewujudkan impian kita. Namun begitu pintu tersebut terbuka, harus ada tindakan nyata berupa: disiplin, kebulatan tekad, kesabaran, dan ketekunan bila kita ingin membuat impian tersebut menjadi kenyataan.
Penglihatan Pikiran
Pada hakikatnya setiap insan memiliki dua jenis penglihatan: penglihatan mata dan penglihatan pikiran. Penglihatan mata adalah apa yang kita lihat ada secara fisik di sekeliling kita, misalnya: mobil, gunung, pulpen atau teman-teman kita. Sebaliknya, penglihatan pikiran adalah sebuah kekuatan untuk melihat bukan apa yang ada secara fisik, tetapi apa yang bisa ada setelah intelegensia manusia diterapkan. Penglihatan pikiran adalah kekuatan untuk bermimpi.
Dr. David Schwartch, dalam The Magic of Thinking Success, yakin bahwa perasaan kita yang paling tak ternilai harganya adalah penglihatan pikiran. Penglihatan tersebut membentuk gambaran masa depan yang kita harapkan, rumah yang kita idamkan, hubungan keluarga yang kita dambakan, liburan yang akan kita ambil, atau penghasilan yang akan kita nikmati kelak


Dari Cerita sukses Purdi E Chandra, bisa di kita petik sebuah pembelajaran bahwa, orang sukses memulai bisnis dari potensi yang ada di sekitar mereka, bahkan mereka cendrung memulai bisnis tanpa modal.